Lebaran di Nagoya

Untuk pertama kalinya dalam hidup aku lebaran nggak bersama keluarga,

Nggak tanggung tanggung langsung, lebarannya pun di tempat dimana muslim adalah minoritas. Kali ini akan aku jelaskan secara detil bagaimana lebaranku berlangsung. Nggak, nggak panjang-panjang banget kok.

Awalnya aku kira sholat ied dilakukan di Nagoya Mosque, yang lokasinya sekitar 2 stasiun dari apartment, sebenernya aku pengen banget ke masjid untuk nanyain informasi sholat ied, tapi selalu aja ada aral melintang. (baca: Lemes kalo habis pulang kerja, dan udara lagi panas banget, jadi aku menyerah begitu aja).

Karena kecenderungan orang pemalas yang selalu menemukan jalan yang lebih mudah, maka aku buka website Nagoya Mosque, ternyata sudah ada informasinya. Di situ diinformasikan bahwa lebarannya tanggal 6 Juli, sholat dilaksanakan jam 10 di Port Messe Nagoya, sekitar 23km atau 45 menit naik kereta.

image

(Itu foto brosurnya di website Nagoya Mosque)

image

(itu jarak dari apartment ke lokasi kalau naik mobil)

Kereta ini namanya Aonami Line, jalurnya dari Nagoya Station sampai Port Messe Nagoya. Jadi aku nggak mungkin nyasar, karena nggak perlu ganti kereta dan hanya duduk dari awal sampai akhir sebelum kereta putar balik. Biayanya 350円 sekali jalan.

Karena di Jepang seluruh hari raya keagamaan tidak dimasukkan dalam hari libur nasional, aku memutuskan untuk ijin nggak masuk kerja pagi aja, coba tebak aku jelasinnya gimana?

“Besok itu hari rayanya umat islam, yaa semacam Christmas-nya orang islam” hahaha, karena mereka nggak paham Idul Fitri, pahamnya Christmas, daripada ribet ya aku jelasin begitu.
“Oh jadinya kalian party?” Tanya salah satu orang kantor.

“Enggak.. Tapi ibadah, kan orang Christian kalo Christmas juga ibadah” Jawabku karena sadar image Christmas di Jepang itu ya party, kencan, makan ayam, hadiah, pokoknya jauh dari hal-hal keagamaan.

Terus dia ketawa.

Akhirnya aku diijinkan untuk libur satu hari penuh. Yeay. Aku juga dijelasin gimana caranya sampai TKP.  Sampai di-printkan jalurnya, sampai foto gedungnya.

image

(Sayang banget sama aku)

Sekarang aku siap menyambut hari kemenangan.

Hari H

Yes, hari ini puasa resmi berakhir. Seperti biasanya setiap tahun aku selalu minum kopi pagi sebagai “deklarasi kemerdekaan” dan selalu kopi susu. Tapi karena hari ini aku nggak di rumah, tentu nggak ada kopi yang tersedia otomatis untukku. I missed that moment. Maka aku minum kopi di Starbucks yang paling dekat dari apartment, Caramel Machiato. Favoritku. Baristanya juga manis. Duh.

Aku meminumnya dengan syahdu, meskipun dalam hati aku berproklamasi.

image

(merdeka..merdeka..)

Kemudian aku jalan ke Nagoya Station, sekitar 6 menit jalan kaki dari apartment. (Told you i live exactly in the heart of this big city)

image

(Glorious Nagoya Station)

Pas jalan menuju jalur Aonami Line, aku ketemu dengan orang Indonesia, awalnya cuma 3 orang, kenapa aku tahu? Karena Indonesia banget: pake kopyah dan batik.
Jadi aku sapa dan ngobrol. Setelah mereka bertiga terus ketemu dengan banyak orang Indonesia lainnya. Astaga, kok bisa-bisanya aku baru ketemu mereka setelah 3 bulan di sini. Ternyata mereka nggak tinggal di Nagoya, tapi di kota-kota kecil sekitar Nagoya. Pantesan aku (yang anak kota ini) nggak pernah ketemu satupun.

Tapi nggak papa, kenapa aku harus jauh-jauh pergi ke Jepang kalau kumpulannya tetep orang-orang Indonesia? Belaku dalam hati.

Sampailah aku di Port Messe Nagoya. Aku juga sempet ngobrol sama orang Pakistan di kereta, ternyata lumayan banyak juga yang ikut sholat, orang Indonesia, India, Pakistan, gitu gitu. Orang Jepang? Cuma liat 2 orang, ibu ibu.

Khotibnya kayaknya dari Arab deh dan ngomongnya pake bahasa Inggris. Nggak gitu panjang, sekitar 15 menit khutbah selesai, apa yang dibahas?

Toleransi.

dan diakhiri dengan salam-salaman.

Kemudian aku pulang. Kebanyakan yang lain masih disana.

Yeah, i know nobody anyway.

Ini foto-fotonya:

image

(foto gedungnya)

image

(di hall nya)

image

(sebelum acara dibuka)

image

(bagian depan area Port Messe, ada Gereja, yang putih-putih di kanan atas foto ini itu mobil-mobil baru yang akan di kapalkan)

Pulangnya aku memberikan reward untuk diriku sendiri yang telah bekerja keras sebulan ini. Self Reward itu penting! Aku makan apa yang pengen aku makan dan beli beberapa hal yang aku pengen beli. Biarin. Uang bisa dicari.

Dan begitulah lebaranku berakhir.

Gimana kesannya?

Not as bad as i thought. Aku pikir aku akan mellow karena untuk pertama kalinya aku sendirian. Ternyata enggak, aku biasa aja. Sebenarnya sejak beberapa tahun yang lalu, aku udah kehilangan minat dengan lebaran, bukan ritualnya, tapi silaturrahminya ke orang lain.
Aku masih ingat dengan sangat detil gimana aku berkunjung ke tetangga ABCDEFG dari 2 tahun belakangan, gimana ya jelasinnya. Pokoknya saking jarangnya pergi ke rumah tetangga. Kesananya pas lebaran doang, (Dan tahlil tiap hari rabu) karena minimnya momen kunjungan, tentu akan mudah diingat kan? Nah aku masih ingat momen kunjungan ke rumah si ABCDEFG sampai 2 tahun ke belakang.
Duhhh kalian boleh mengkritik ke-anti sosialanku ke tetangga.

Tapi iya, aku kangen sama orang rumah, keluargaku dan teman-teman terdekatku.
Bicara soal teman, umur seusiaku ini adalah masa yang cukup menyebalkan ketika lebaran karena ditanyain ini itu. Bikin tertekan. I feel you guys. But i skip this year.

Juga suara takbir dari masjid yang terdengar semalaman, hingga mengiringi langkah ke masjid untuk sholat ied, suara yang mengingatkan bahwa besok/hari ini lebaran. Suara itu nggak terdengar sama sekali sampai aku duduk di aula. I missed that sounds.

Udah, jangan panjang-panjang.

Selamat Lebaran Semuanya!

vp

Leave a comment